Untuk yang belum tahu, Java Promo adalah forum kerjasama pengembangan pariwisata di 4 kabupaten dan kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta.
Acara diawali dari kantor Dinas Pariwisata DIY sejak pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB. Walaupun pagi itu hujan rintik-rintik mengguyur beberapa wilayah Jogja, tapi semua peserta yang datang tampak antusias. Setelah sambutan dari Kepala Dinas Pariwisata DIY dan PLH Java Promo, acara dilanjutkan dengan sarapan bersama dengan menu gudeg yang merupakan salah satu makanan khas Jogja. Kemudian peserta famtrip diberangkat menggunakan minibus menuju destinasi pertama yaitu Tebing Breksi yang berlokasi di Desa Sambirejo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman.
Keseruan Naik Jeep wisata di Shiva Plateau sekitar Tebing Breksi
Saya masih ingat dulu pertama kali datang ke Tebing Breksi pada tahun 2015 saat diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai tempat wisata baru. Saat itu, Komunitas Blogger Jogja juga diundang untuk memeriahkan acara tersebut. Bahkan saya juga menjadi salah satu juara dalam lomba menulis tentang Tebing Breksi dan berhak mendapatkan voucher menginap di salah hotel berbintang di Jogja.
Jeep Wisata Tebing Breksi |
Kondisi Tebing Breksi saat ini sudah berubah jauh dan semakin menarik. Sudah banyak fasilitas dan atraksi tambahan untuk menarik wisatawan datang ke tempat yang dahulunya hanya sebuah tempat penambangan batu kapur oleh warga sekitar. Kegiatan menarik yang perlu dicoba saat ke Tebing Breksi tentu saja adalah berkeliling menggunakan Jeep wisata mengitari kawasan yang biasa dikenal dengan Shiva Plateau.
Candi Banyunibo |
Ada yang tau kenapa disebut dengan Shiva Plateau? Shiva artinya Dewa Siwa, salah satu dewa dalam ajaran Hindu. Sementara Plateau artinya adalah bukit. Selama ini yang banyak orang tahu mungkin hanya Candi Ijo saja yang ada disekitar Tebing Breksi. Padahal masih ada candi Hindu lain yang bisa dikunjungi yaitu Candi Barong dan Candi Banyunibo. Lokasi kedua candi tersebut memang tidak berada di jalan utama, jadi masih banyak orang yang belum tahu keberadaannya. Tapi berkat mengikuti tour Jeep wisata ini, saya jadi tahu keberadaan dan sejarah candi-candi tersebut. Ada yang belum tahu tentang kedua candi tersebut?
Candi Barong |
Candi Banyunibo |
Sebelum melewati Candi Barong dan Candi Banyunibo, peserta famtrip terlebih dahulu diajak mampir ke salah satu tujuan yang awalnya merupakan tempat favorit bagi para fotografer yang dikenal dengan nama Spot Riyadi. Tempat ini sebenarnya hanya sebuah halaman rumah warga biasa. Namanya diambil dari nama pemilik rumah yaitu Bapak Riyadi.
Spot Riyadi |
Tapi yang membedakan halaman ini dengan halaman rumah lainnya adalah pemandangannya cantik. Sejauh mata memandang kita akan disuguhi dengan hamparan hijau persawahan dari ketinggian. Rumah Pak Riyadi memang terletak di perbukitan. Jika cuaca sedang cerah, Gunung Merapi tampak gagah persis di hadapan kita jika dilihat dari Spot Riyadi. Candi Prambanan juga bisa kita lihat samar-samar dari kejauhan. Kalau punya lensa tele, kita bisa mendapat gambar candi tersebut dengan bagus. Sebenarnya waktu terbaik berkunjung ke sini adalah pada pagi dan sore hari. Menunggu matahari terbenam sambil menikmati kopi dan pisang goreng yang dijual di warung Pak Riyadi. Sungguh salah satu cara healing yang ampuh untuk mengobati hati yang gundah gulana.
Kata bapak supir Jeep-nya, tempat terakhir yang harusnya dikunjungi untuk rute medium adalah Tebing Banyunibo dan Candi Ijo. Tapi karena satu dan lain hal, akhirnya kedua tempat tersebut hanya dilewati kemudian diganti dengan mengunjungi Selo Langit. Sepertinya bagian paling seru dari perjalanan tour Jeep wisata ada di tempat ini. Sebelum sampai di parkiran, kita akan dibawa melewati jalanan tanah berlumpur yang cukup menanjak dan becek. Ban mobil beberapa kali slip saat melaju diiringi dengan suara teriakan para penumpang. Beruntunglah para driver Jeep ini tampaknya memang sudah sangat terlatih dalam segala medan. Mobil bisa sampai dengan selamat di parkiran. Mungkin karena saking seru sensasinya, ada beberapa rombongan peserta yang minta keliling lagi melewati kubangan lumpur. Tapi memang seru dan menegangkan sih waktu naik lewat jalan berlumpur.
Di Selo Langit kita kembali disambut dengan pemandangan yang menyejukan mata setiap pengunjung yang datang. Ada sebuah batu besar tampak menarik perhatian. Batu tersebut biasa dijadikan sebagai tempat untuk berfoto dengan latar belakang pemandangan indah. Buat yang mau cari ketenangan, Selo Langit bisa jadi pilihan tempat yang bisa dikunjungi.
Selo Langit |
Keseruan perjalanan menaiki Jeep berakhir saat kita rombongan Famtrip De Java Promo 2022 kembali ke Tebing Breksi lagi. Sungguh pengalaman pertama yang sangat menyenangkan. Kalau ditanya apakah saya mau kalau harus naik Jeep lagi? Jawabannya tentu saja adalah MAU. Mungkin saya akan memilih rute terpanjang agar bisa menikmati sensasi naik Jeep lebih lama. Acara dilanjutkan dengan makan siang di Balkondes Tebing Breksi sebelum berlanjut ke Desa Wisata Putat yang berada di Kapanewon Patuk, Gunungkidul.
Belajar membatik kayu di Desa Wisata Putat. Susah juga ternyata pakai canting
Perjalanan menuju ke Desa Wisata Putat ditempuh kurang dari satu jam perjalanan dari Tebing Breksi. Kendaraan sempat tersendat sesaat di Bukit Bintang karena sebagian jalan yang longsor dan harus bergantian lajur dengan kendaraan dari arah sebaliknya. Desa Wisata Putat sudah lama dikenal sebagai sentra pengrajin topeng kayu batik dan berbagai kerajinan yang berbahan dasar kayu. Sebagian besar penduduknya memang punya keahlian dalam mengolah limbah kayu menjadi barang yang menarik. Saya sudah berkali-kali melewati daerah ini saat menuju ke pantai-pantai di Gunungkidul tapi baru kali tahu jika ada desa wisata yang mirip dengan Desa Wisata Krebet di Bantul.
Eko Bubut Craft |
Lokasi pertama yang dikunjungi di Desa Wisata Putat adalah sebuah UMKM milik warga yang biasa dikenal dengan nama Eko Bubut Craft. Di sini diproduksi berbagai macam peralatan makan dan rumah tapi berbahan dasar kayu. Unik kan?
Kayu yang digunakan adalah limbah atau sisa kayu jati. Menurut Pak Eko sang pemilik usaha, kayu jati dipilih karena memang punya kualitas yang cukup baik. Kelebihan lainnya adalah kayu jati tidak mudah berjamur dan bisa menahan panas. Jadi kalau kita menggunakan gelas kayu untuk menaruh air panas di dalamnya, panasnya tidak akan terlalu tembus ke permukaan luar.
Masih menurut Pak Eko, tips memilih barang dari kayu jati adalah pilih yang warnanya lebih coklat karena menandakan kayu yang digunakan adalah kayu jati yang tua. Jika warnanya masih agak putih artinya kayu yang digunakan masih cukup mudah. Kayu jati yang lebih tua akan lebih awet dan berumur panjang. Warna yang ada pada kerajinan kayu jati ini merupakan warna alami tanpa tambahan cat. Sebagai bocoran, barang-barang yang dijual di sini harganya jauh lebih murah bahkan bisa separuh harga kalau kita membelinya di pusat souvenir di Malioboro seperti Mirota atau Hamzah Batik. Pak Eko juga menerima siapa saja yang mau jadi reseller loh.
Lanjut keseruan berikutnya adalah belajar membatik topeng kayu menggunakan canting di Pendopo Batoer yang dulunya merupakan sebuah resort. Sayang tempatnya harus tutup. Padahal pemandangannya sangat cantik. Kedatangan kita disambut dengan kesenian tradisional gejog lesung yang dimainkan oleh ibu-ibu warga sekitar.
Rombongan Famtrip De Java Promo 2022 dibagi menjadi beberapa kelompok dan dikasih satu buah kompor lengkap dengan wajan yang berisi malam yang akan dipanaskan dan juga canting untuk tiap orang. Sebelum membatik kita diberikan contoh dan pengarahan bagaimana cara menggunakan canting. Ternyata membatik itu gerakannya harus ke depan, tidak boleh menggerakkan ke belakang. Paha digunakan sebagai penopang agar gerakan tangan lebih seimbang. Canting tidak boleh miring ke atas atau bawah agar malam bisa keluar. Terlihat gampang saat melihatnya, tapi pada saat praktek ternyata lumayan susah juga. Mana malamnya beleber kemana-mana.
Setiap peserta diberi satu topeng kayu yang sudah dilengkapi dengan pola dasar menggunakan pensil. Kita hanya tinggal membubuhkan malam di atas pola yang sudah ada ditambah dengan kreativitas masing-masing. Walaupun banyak malam yang menempel tidak beraturan, saya sangat menikmati kegiatan ini dan tidak sabar menikmati hasil batik pertama karya saya. Semua topeng diberi nama dibagian belakang agar tidak tertukar.
Untuk melihat hasil akhirnya masih ada 2 proses yang harus dilakukan yaitu mencuci dan merebus topeng menggunakan cairan khusus. Setelah melihat hasilnya, sepertinya saya tidak berbakat menjadi pembatik. Setelah belajar membatik, kita dibawa ke salah satu rumah warga yang dijadikan galeri. Di sini kita bisa melihat berbagai macam topeng batik dan hasil kerajinan kayu lainnya yang di batik. Mulai dari patung loro blonyo yang merupakan simbol kesetiaan pasangan sampai patung kayu yang kecil.
Sebagai tambahan informasi, kerajinan topeng yang ada di Desa Wisata Putat ini sudah di mulai sejak puluhan tahun lalu. Topeng kayu tersebut awalnya hanya digunakan sebagai pelengkap untuk Tari Topeng Panji yang dipentaskan oleh warga pada saat musim panen. Kemudian ada inisiatif dari salah satu warga agar topeng kayu tersebut dijadikan sebagai salah satu kerajinan khas desa ini. Bahan yang digunakan adalah kayu sengon dan kayu pule.
Acara Famtrip De Java Tour hari pertama ditutup dengan makan bersama di The Manglung Resto. Salah satu tempat makan di kawasan sekitar Bukit Bintang yang menawarkan pemandangan ke arah Kota Yogyakarta.
Lanjut ke Part 2 untuk keseruan Famtrip De Java Tour: "a meaningful journey" Day 2
No comments:
Post a Comment