Kedatangan saya ke Temanggung kali ini berawal dari sebuah postingan disebuah grup Facebook tentang sebuah warung makan unik. Bukan warung modern yang dikonsep dengan nuansa ala-ala jaman dulu, tapi warung tersebut konon kata sang penulis di grup tersebut sudah ada sejak akhir tahun 1800-an akhir dulu. Sekarang dikenal dengan nama "Waroeng Jadoel".
Waroeng Jadoel Temanggung |
Berangkat dari Jogja sekitar pukul 05.30 pagi dengan harapan agar pas sampai di Waroeng Jadoel Temanggung masih sepi. Harapannya memang seperti itu. Karena saya memang kurang nyaman kalau harus berada di tempat yang rame sendirian. Tapi ternyata waktu sampai di sana, sudah banyak orang yang duduk memenuhi kursi yang ada di dalam warung untuk menyeruput kopi dan menikmati sarapan mereka. Akhirnya mau tidak mau saya harus ikut menyela duduk di tempat yang masih lega. Saya tidak terlalu suka kopi, jadi saya memesan teh hangat gula aren untuk memulai sarapan pagi itu.
Waroeng Jadoel berlokasi di Jalan Jendral Sudirman 102 persis disebrang Kantor Telkom Temanggung. Bangunannya cukup kecil, tapi gampang untuk ditemukan. Aslinya tempat ini dulu bernama Waroeng Sentosa. Nama Waroeng Jadoel sendiri diberikan oleh para pengunjung yang terkesima dengan suasana warung yang masih tampak seperti jaman dahulu kala. Saat ini warung dikelola oleh ibu Siti Sukastiyah yang usianya hampir 70 tahun dibantu oleh anak dan menantunya.
Ibu Siti Sukastiah merupakan generasi ke-3 dari pemilik Waroeng Jadoel Temanggung ini. Tidak ada catatan pasti kapan warung ini mulai dibuka. Tapi beliau mengatakan bahwa sejak berusia 5 tahun sudah sering membantu ibu dan neneknya berjualan di warung. Kala itu seingatnya tentara Jepang sering datang untuk makan di warung.
Tidak banyak yang berubah dengan suasana di dalam warung ini sejak dulu. Meja dan kursi yang ada dibuat dengan menggunakan kayu jati bentuknya masih sama persis. Begitu juga dengan toples-toples kaca yang sekarang sudah langka. Saya masih ingat waktu masih kecil dulu nenek saya juga punya toples dengan bentuk yang sama. Toples kaca yang tutupnya cukup berat kalau diangkat. Tapi entah kemana sekarang toples-toples tersebut. Melihat toples-toples kaca di Warong Jadoel ini memang serasa membawa suasana kembali ke jaman dulu terutama jaman lebaran saat banyak toples berisi penuh jajanan.
Selain itu, Waroeng Jadoel juga tetap mempertahankan cara memasak dengan cara yang tradisional menggunakan kayu bakar. Aroma makanan yang dimasak menggunakan kayu bakar memang beda. Ditambah lagi kalau di sini masakannya tidak pernah menggunakan bumbu penyedap rasa untuk semua masakannya.
Tidak banyak pilihan menu memang di Waroeng Jadoel ini. Menunya merupakan menu andalan yang sudah ada sejak dulu yaitu semur tahu, tongkol sambel ijo, opor ayam kampung, dan beberapa macam sayur. Tapi kalau masalah cemilan, ga perlu khawatir. Meja segede itu isinya semua cemilan. Mulai dari pisang goreng, klepon, aneka gorengan, onde-onde, sampai dengan wajik. Untuk masalah harga, cukup terjangkau.
Gimana, bisa ngobati kangen jaman dulu kan warung ini?
No comments:
Post a Comment