Ngopi akhir-akhir ini sepertinya selalu diidentikan dengan anak gaul yang serba kekinian. Banyak cafe atau tempat nongkrong baru bermunculan dengan mengusung kopi sebagai jualan utamanya. Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di kota besar saja, kota-kota kecil pun tidak mau ketinggalan dengan tren ini. Apalagi setelah muncul film yang mengangkat tema tentang kopi. Banyak orang yang akhirnya mulai melirik kopi.
Saya sebenarnya bukan pecinta kopi, tidak terlalu banyak tau juga tentang kopi. Tapi dari kecil saya sudah terbiasa minum kopi hitam karena meniru kakek nenek di kampung yang hampir setiap hari menyeduh kopi. Kopi yang saya minum berasal dari kebun milik sendiri. Hanya ada beberapa pohon saja, tapi saat musim kopi bisa menghasilkan cukup banyak buah. Bahkan kadang-kadang dijual kalau harganya lumayan tinggi.
Dari mulai pemetikan sampai proses penumbukan menjadi bubuk kopi semua dilakukan secara manual oleh kakek dan nenek. Di rumah ada alat khusus bernama "lumpang" yang biasa digunakan untuk menumbuk kopi dan padi. Kopi jadi minuman wajib pada pagi atau sore hari untuk menghangatkan tubuh. Namun sayangnya sekarang sudah tidak terlalu banyak pohon kopi lagi di kampung saya.
Tidak terlalu jauh dari kampung saya, tepatnya di Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah terdapat sebuah warung kopi sederhana bernama Tombo Coffee yang bisa dikunjungi jika ingin menikmati kopi sambil menikmati suasana pedesaan yang dikelilingi oleh kebun teh dan kopi.
Tombo Coffee berada pada ketinggian sekitar 700 mdpl sehingga udaranya cukup segar dan dingin. Apalagi keberadaan kebun teh yang tidak terlalu jauh dari Desa Tombo membuat suasana desa ini sangat asri dan tenang. Yang unik, kopi yang dijual di Tombo Coffee ini berasal dari hasil panen penduduk desa sekitar yang memang punya banyak perkebunan kopi. Jenis kopi yang dihasilkan ada robusta, arabica, dan excelsa.
Awalnya Tombo Coffee didirikan hanya sebagai tempat pengolahan kopi menjadi bubuk kopi saja. Selain itu tempat ini juga digunakan sebagai ajang silaturahmi antar warga. Tapi sekarang Tombo Coffee sudah disulap menjadi sebuah cafe sederhana yang setiap hari rame dikunjungi oleh para penikmat kopi. Tidak hanya warga sekitar, tapi juga orang yang sengaja datang untuk mencicipi kenikmatan Kopi Tombo walau jaraknya lumayan jauh dari kota. Tombo Coffee letaknya kurang lebih 25 km dari pusat Kota Batang.
Kopi tubruk jadi pilihan saya di sini. Alasannya cukup sederhana, karena saya ingin bernostalgia mengingatkan kembali jaman-jaman dulu saat kakek dan nenek saya masih hidup. Ditemani dengan pisang goreng, kopi tubruk yang sruput seolah membawa kembali memori saat masih kecil bersama kakek dan nenek. Saya sangat dekat dengan mereka. Yang tidak pernah memanggil mereka mbah. Saya selalu memanggil mereka bapak dan "simak", sama seperti saat memanggil kedua orang tua saya.
Untuk yang tidak suka kopi tubruk, di Tombo Coffee juga ada beberapa menu kopi lain yang lebih kekinian seperti Vietnam drip atau late dengan harga yang cukup terjangkau.
Untuk para pecinta kopi dijamin tidak akan menyesal kalau datang ke Tombo Coffee. Dimana lagi bisa menikmati kopi ditengah perkebunan kopinya langsung?
Tombo Coffee buka setiap hari mulai pukul 09.00 sampai pukul 17.00 WIB.
Tombo Coffee buka setiap hari mulai pukul 09.00 sampai pukul 17.00 WIB.
Tombo Coffee
Jalan Puncak KM 5 Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah
Telp: 0823-2660-8070
Jalan Puncak KM 5 Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah
Telp: 0823-2660-8070
No comments:
Post a Comment