Hari ini (30/03/2014) tidak seperti biasanya saya bangun sangat awal. Memang saya sudah berencana untuk bangun pagi dan sepedaan ke daerah Imogiri di Bantul. Pukul 04.30 pagi sebelum alarm dari handphone jadulku ini berbunyi aku sudah terlebih dulu bangun dari tidurku. Hari ini aku memang sudah berencana untuk mengunjungi jembatan gantung yang pernah saya lihat sewaktu datang ke Mangunan beberapa minggu yang lalu. Saya memang sudah hampir setahun ini tinggal di Jogja. Tapi baru bulan-bulan terakhir ini ada keinginan besar untuk menjelajahi Jogja. Biasanya saya hanya berkutat dengan sepeda saya didaerah kota saja.
Udara pagi ini memang cukup dingin. Segan banget rasanya mau mandi. Sepertinya cuci muka dan gosok gigi saja juga sudah cukup. Toh nanti bakal berkeringat lagi kan? haha
Seperti biasanya kalau mau bersepedaan ketempat yang lumayan jauh, saya selalu membawa bekal buat makan nanti. Saya memang gampang banget diserang kelaparan. 2 tangkup roti panggang sepertinya sudah cukup buat bekal sarapan nanti.
Ngga enaknya gini nih kalau ngga punya teman yang punya hobi sama. Kemana mana lebih sering sendirian. Kalaupun ada yang suka sepedaan juga, tapi mereka ngga mau sepedaan yang jauh-jauh. Takut kalau nanti pingsan katanya. Tapi mau bagaimanapun cycling must go on kan? sendirian itu juga kadang lebih menyenangkan. Kita bisa menentukan sendiri kemana kita mau pergi tanpa harus menanyakan dulu pertimbangan orang lain.
Inti yang saya baca dari beberapa blog adalah untuk mencari tempat ini tempat yang harus kita tuju adalah SMPN 2 Imogiri. GPS pun saya set dengan tujuan akhir disekolah itu. Saya mengikuti semua petunjuk dari suara GPS yang ada di handphone ku.
Sampai di SMP 2 Imogiri dengan sangat lancar dan tanpa tersasar sesuai petunjuk dari GPS. Nah mulai disini agak sedikit bingung sama ragu. Soalnya pas mau cari tujuan baru di GPS ngga ketemu lagi. Cari nama jembatan gantung imogiri juga ngga muncul.Mau baca baca petunjuk lagi di internet juga agak males buka handphone. Agak silau layarnya ngga terlalu kelihatan. Cara termudah buat ngelanjutin perjalanan adalah nanya sama orang. Kebetulan ada warung disebelah sekolah, nanya deh sama ibu-ibu yang ada disitu. Katanya saya disuruh lurus terus aja ikutin jalan utama, nanti juga bakal keliatan jembatannya.
Berkat petunjuk ibu itulah saya yang tadinya mo belok kekiri akhirnya lurus ke jalan yang benar :D.
Menyusuri jalanan kampung disini sudah mulai terasa berbeda pemandangannya. Bukit-bukit karst sudah terlihat dari kejauhan. Pemandangan disini seperti pemandangan yang biasa saya lihat di wilayah Gunung Kidul. Yang paling bikin saya takjub adalah terasering sawah yang ada disini dengan latar belakang bukit batu yang menjulang tinggi. Kamera handphone saya ini tidak mampu menangkap keindahan sebenarnya dari tempat ini. Memang harus datang secara langsung untuk melihat keindahan aslinya. Ternyata Jogja memiliki potensi alam yang indah seperti ini.
terasering yang indah |
Bukit karst yang tinggi menjulang |
Yang terpenting kan sepedaannya bukan sepedanya, benar ngga?
Jembatan ini mulai terkenal katanya setelah dijadikan tempat syuting oleh salah satu provider operator seluler. Mulai dari situlah orang mulai mengenal jembatan ini. Banyak calon pasangan pengantin yang datang kesini untuk membuat foto prewedding. Jembatan ini dibangun untuk menghubungkan Desa Selopamioro dan Desa Sriharjo. Jembatan ini membelah sungai Oyo. Jembatan ini hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua itupun hanya bisa satu arah. Jika masih ada kendaraan lain yang sedang melintas ditengahnya, kita harus menunggu giliran untuk melintas. Berkat jembatan ini perekonomian rakyat disini lebih terbantu. Dulu mereka harus memutar jauh terlebih dahulu jika hendak mengunjungi desa sebelah.
warna air kalinya lagi ga bagus |
No comments:
Post a Comment